Perjalananku di Ruangguru Engineering Academy
Kalo kita gak berani nyoba, kita gak dapet pengalaman baru
Awalnya cuma tertarik ikutan ngajar frontend..
Hi, aku Mareta, software engineer yang sekarang lagi ngerjain project Ruangguru Engineering Academy.
Sebelumnya kenalan dulu.. Apa itu Ruangguru Engineering Academy?
Ruangguru Engineering Academy itu tempat belajar intensif buat teman-teman yang pengen upgrade skill di dunia tech. Ada dua program utamanya: AI & Python Bootcamp dan AI Engineering Bootcamp. selengkapnya check di sini ya haha ruangguru.com/rea
Frontend Engineer biasa yang memberanikan diri mendaftar sebagai instruktur
Jujur, awalnya aku cuma frontend engineer biasa di tim produk. Sehari-hari ngoding React, implementasi UI/UX design, dan sesekali integrate API. Tapi entah kenapa, ada rasa pengen berbagi ilmu yang udah didapat selama bertahun-tahun di dunia tech.
Waktu itu Mas Ricky (dari tim REA), lagi nyari instruktur bootcamp untuk fullstack engineering bootcamp. Aku mikir "hmm kayaknya seru kalo bisa ngajar ya. tapi aku bukan fullstack engineer, emang bisa ikutan?" aku nekat daftar sih haha. Worst case scenario, ditolak. Best case, bisa sharing knowledge sambil dapet pengalaman baru. Aku belum pernah mengajar formal di bootcamp bahkan aku juga belum pernah mengikuti bootcamp apapun selama ini jadi sebenernya aku juga masih belum tahu banget bakal seperti apa suasana kelasnya.
Visi Misi dalam Mengajar
Dari awal, aku punya visi sederhana: bikin coding jadi ga scary buat pemula. Banyak orang yang merasa programming itu susah dan cuma buat orang "pintar" doang.Padahal sebenernya, programming itu skill yang bisa dipelajari siapa aja, asal ada kemauan dan metode yang tepat.
Misi aku dalam mengajar:
Mulai Mengajar
Kelas pertama aku adalah "Basic Programming with P5JS". Deg-degan banget! Tapi ternyata, pengalaman sebagai developer bikin aku punya banyak cerita dan case study menarik untuk dibagikan. Selama mengajar, aku tetap pada pembawaan & metode ngajarku sendiri. Tiap instruktur pasti punya metode mengajar yang beda-beda bukan?
Yang bikin surprised, ternyata ngajar itu challenging banget. Kamu harus:
Tantangan Dalam Mengajar
Tantangan terbesar?
Imposter syndrome. Ada momen-momen di mana aku mikir, "Apakah aku qualified enough untuk ngajarin orang lain?" Especially ketika ada students yang background-nya udah advanced atau punya pengalaman di tech company lain.
Tantangan lainnya:
Hal yang paling berkesan
Hal yang paling berkesan buat aku adalah ketika melihat pemula yang sama sekali tidak punya background IT bisa ikut belajar, enjoy prosesnya, dan pelan-pelan mulai paham konsep yang awalnya terasa rumit.
Ada momen di mana mereka yang tadinya minder banget bisa tiba-tiba excited karena berhasil bikin project kecil pertamanya. Proses melihat mereka bertumbuh dari nol hingga percaya diri itu bikin aku seneng banget.
Aku juga sering menerapkan konsep breakout room selama sesi. Di situ aku bisa lebih dekat mengamati tiap kelompok. Kadang ada siswa yang cenderung diam saja, gak berani speak up. Aku berusaha dorong mereka buat ikut presentasi tanpa takut salah, sambil selalu bilang kalau kita semua di sini sama-sama belajar. Kalau mereka bingung atau salah, aku siap bantuin.
Dari situ aku sadar, impact dari mengajar bukan cuma soal transfer knowledge, tapi juga soal memberi keberanian, rasa aman, dan pengalaman seru yang bisa jadi titik awal perjalanan mereka di dunia tech. Dan honestly, itu juga bikin aku grow sebagai engineer dan manusia yang lebih baik.
Atasanku memberi challenge ke diriku untuk belajar python
aku pikir aku hanya akan mempelajari python saja untuk diriku sendiri, aku belajar deh dari 0 banget hahaa. belajarnya mandiri dari modul bootcamp, kadang sesekali aku juga nanya ke ChatGPT, nonton youtube juga dan yess seru juga ya belajar python meskipun aku juga masih "kagok" dengan syntaxnya tapi masih bisa aku pelajari.
Belajar python selama 3 hari
Aku menghabiskan waktu untuk belajar python dasar sampai data structure kurang lebih 3 hari. Gak susah sih karena aku udah punya pengalaman belajar programming language lain, hanya perlu adapt dengan sintaks dan rulenya aja.
TIBA-TIBA KOK JADI INSTRUKTUR PYTHON
Gilss aku gak expect Mas Levi memberi challenge ke diriku untuk ngajar di sesi python.. WADAWW. aku udah bilang sih "kayaknya jangan aku deh, aku belum siap"
Mas Levi "pasti bisa.. yuk"
Challenge accepted! aku mulai ngisi kelas python selama beberapa pertemuan.
Nice try, feedbacknya bagus hehe
Memberikan best experience ke students selama belajar
Dari pengalaman ngajar berbagai topics dan audiences, aku develop beberapa principles untuk ensure best learning experience:
1. Create psychological safety
2. Make it practical dan applicable
3. Cater to different learning styles
4. Provide continuous support
Aku selalu support students bootcamp baik di jam kerja maupun di luar jam kerja. bahkan jangan ragu untuk konsultasi apapun. kadang tiap students punya probelm yang berbeda-beda, biasanya aku ajak untuk 1on1. Aku seneng banget kalo bisa bantu students dan melihat mereka antusias belajar.
Mulai bikin program baru, bikin silabus, sampai mengajar e2e
One of the most exciting projects adalah ketika aku dikasih full ownership untuk develop program baru dari scratch. The program: "AI & Python Bootcamp".
Aku mulai dari design kurikulum bersama Mas Levi, bikin materinya, simulasinya, rubriknya hingga assignment & scoring projectnya.
---
Reflecting on this journey, yang paling aku appreciate adalah how much I've grown - not just technically, tapi juga personally. Teaching has made me a better communicator, a more empathetic person, dan surprisingly, a better engineer.
Dan yang paling penting, aku belajar kalau sometimes the best way to grow adalah dengan step outside comfort zone dan embrace challenges yang initially seem impossible.
To anyone yang consider teaching atau sharing knowledge: just start. You don't need to be perfect atau expert. You just need to care about helping others learn dan willing to grow alongside them.